Home > Didaktika

Stres Bisa Sebabkan Diabetes Tipe 2, Oh Ya?

Ketika kita merasa stres entah karena pekerjaan, masalah keluarga, masalah keuangan, atau trauma tubuh kita merespons dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.
sportujeme.sk
sportujeme.sk

Kebanyakan orang tahu bahwa pola makan yang buruk dan kurang olahraga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Namun, hanya sedikit orang yang menyadari bahwa stres juga dapat berperan besar.

Para ilmuwan kini menemukan bahwa stres jangka panjang tidak hanya memengaruhi suasana hati—tetapi juga dapat mengubah cara tubuh mengelola gula darah, yang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Ketika kita merasa stres —entah karena pekerjaan, masalah keluarga, masalah keuangan, atau trauma— tubuh kita merespons dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.

Hormon-hormon ini bermanfaat dalam jangka pendek karena mempersiapkan kita untuk menghadapi bahaya.

Hormon-hormon ini meningkatkan kadar gula darah untuk memberi kita energi dan membuat kita tetap waspada.

Namun, jika stres berlangsung terlalu lama, hormon-hormon ini dapat tetap tinggi di dalam tubuh, yang justru membahayakan, alih-alih membantu.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kadar kortisol yang tinggi seiring waktu dapat mempersulit tubuh untuk merespons insulin, hormon yang membantu memindahkan gula dari darah ke dalam sel.

Kondisi ini disebut resistensi insulin dan merupakan langkah kunci dalam perkembangan diabetes tipe 2.

Jika tubuh menjadi resisten terhadap insulin, kadar gula darah tetap tinggi, dan risiko diabetes meningkat.

Dalam sebuah studi besar dari Swedia yang diterbitkan pada tahun 2017, para peneliti mengamati lebih dari satu juta pria selama lebih dari 25 tahun.

Mereka menemukan bahwa mereka yang memiliki tingkat stres tinggi di awal masa dewasa memiliki kemungkinan 45% lebih besar untuk mengembangkan diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Studi lain dari Belanda menemukan bahwa orang dengan gejala depresi dan kecemasan—keduanya terkait erat dengan stres—lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2.

Stres juga dapat menyebabkan kebiasaan tidak sehat yang meningkatkan risiko diabetes.

Orang yang mengalami stres kronis lebih cenderung mengonsumsi makanan manis atau berlemak, melewatkan olahraga, merokok, atau minum terlalu banyak alkohol.

Perilaku-perilaku ini dapat terakumulasi dan meningkatkan berat badan, faktor risiko kuat lainnya untuk diabetes.

Beberapa orang juga kurang tidur saat stres, dan kurang tidur telah terbukti memengaruhi kontrol gula darah dan hormon nafsu makan.

Para peneliti bahkan menemukan bahwa stres dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh, yang dapat merusak sel-sel penghasil insulin di pankreas.

Kerusakan ini dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk memproduksi insulin dan menjaga kadar gula darah pada tingkat yang sehat.

Kabar baiknya adalah mengelola stres dapat membantu menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2.

Studi menunjukkan bahwa orang yang menggunakan teknik relaksasi seperti mindfulness, pernapasan dalam, atau yoga dapat memiliki kontrol gula darah yang lebih baik.

Dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental juga dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Singkatnya, stres lebih dari sekadar perasaan—stres memiliki efek nyata pada tubuh.

Stres kronis dapat meningkatkan gula darah, mengubah kadar hormon, meningkatkan peradangan, dan memicu kebiasaan tidak sehat. Semua faktor ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Memahami dan mengelola stres merupakan langkah penting untuk tetap sehat dan mencegah penyakit.

× Image