Home > Didaktika

Hasil Studi: Menopause Dini Dapat Meningkatkan Risiko Kehilangan Memori

Menopause dini mungkin merupakan tanda peringatan risiko yang lebih tinggi terhadap penurunan kognitif di masa mendatang dan kemungkinan demensia.
Ciputra Hospital
Ciputra Hospital

Sebuah studi terbaru dari Jepang menemukan bahwa perempuan yang mengalami menopause sebelum usia 40 tahun lebih mungkin mengalami masalah memori dan berpikir di kemudian hari, dibandingkan dengan perempuan yang mencapai menopause setelah usia 50 tahun.

Studi ini dipublikasikan pada 15 April 2025 di Alzheimer’s & Dementia: The Journal of the Alzheimer’s Association.

Hasil ini menunjukkan bahwa menopause dini mungkin merupakan tanda peringatan risiko yang lebih tinggi terhadap penurunan kognitif di masa mendatang dan kemungkinan demensia.

Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Tohoku dan Institut Ilmu Kedokteran Metropolitan Tokyo.

Mereka dimotivasi oleh fakta bahwa demensia lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki di seluruh dunia.

Meskipun sebagian dari hal ini mungkin disebabkan oleh perempuan yang hidup lebih lama, tim menduga mungkin ada faktor risiko spesifik perempuan yang terlibat—salah satunya adalah menopause dini.

Menopause menandai berakhirnya siklus menstruasi alami seorang wanita, biasanya terjadi sekitar usia 50 tahun.

Namun, bagi sebagian wanita, menopause terjadi jauh lebih awal—sebelum usia 40 tahun—yang dikenal sebagai menopause dini atau prematur.

Menopause dini sudah dikaitkan dengan risiko depresi yang lebih tinggi di kemudian hari, dan depresi itu sendiri merupakan faktor risiko demensia yang diketahui.

Namun, belum banyak penelitian yang secara langsung menghubungkan menopause dini dengan daya ingat jangka panjang dan keterampilan berpikir.

Untuk mempelajari hal ini, para peneliti menggunakan data dari English Longitudinal Study of Ageing, sebuah studi kesehatan jangka panjang yang berbasis di Inggris.

Mereka mengamati sekelompok lebih dari 4.700 wanita dan lebih dari 4.200 pria.

Mereka membagi para wanita menjadi tiga kelompok berdasarkan kapan mereka mencapai menopause: sebelum usia 40 tahun, antara 40 dan 49 tahun, dan 50 tahun ke atas.

Kemudian, mereka mengukur kinerja kognitif mereka—seberapa baik mereka dapat mengingat kata-kata, tetap berorientasi, dan berpikir cepat—dua tahun kemudian.

Tim peneliti dengan cermat menyesuaikan analisis mereka untuk menghilangkan efek faktor risiko demensia lain yang diketahui, seperti merokok, kurang aktivitas fisik, dan depresi.

"Kami ingin memastikan bahwa hubungan apa pun yang kami temukan antara menopause dini dan daya ingat yang buruk tidak semata-mata disebabkan oleh faktor risiko lain seperti depresi," jelas penulis utama Dr. Miharu Nakanishi dari Universitas Tohoku.

Setelah melakukan penyesuaian ini, mereka menemukan bahwa perempuan yang mengalami menopause sebelum usia 40 tahun memiliki skor orientasi, serta daya ingat jangka pendek dan jangka panjang yang jauh lebih buruk, dibandingkan dengan perempuan yang mencapai menopause pada usia 50 tahun atau lebih.

Menariknya, perempuan yang memasuki masa menopause lebih lambat (usia 50 tahun atau lebih) bahkan mengungguli laki-laki dalam tugas-tugas kognitif ini.

Penggunaan terapi sulih hormon (HRT), pengobatan umum untuk gejala menopause, tampaknya tidak memengaruhi daya ingat atau keterampilan berpikir dalam penelitian ini.

Penelitian ini menunjukkan bahwa menopause dini sendiri mungkin merupakan faktor risiko langsung untuk penurunan kognitif, bahkan ketika depresi dan faktor-faktor lain diperhitungkan.

Temuan ini dapat membantu dokter mengidentifikasi perempuan yang lebih mungkin mengalami kehilangan ingatan atau demensia seiring bertambahnya usia.

Dr. Nakanishi menekankan bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mengapa menopause dini memengaruhi otak seperti ini.

Hal ini mungkin terkait dengan penurunan mendadak estrogen dan hormon perempuan lainnya, yang berperan dalam kesehatan otak.

"Memahami hubungan ini secara lebih rinci dapat menghasilkan strategi baru untuk menunda demensia pada perempuan berisiko lebih tinggi," ujarnya.

Sementara itu, hasil ini menyoroti pentingnya melacak riwayat kesehatan reproduksi sebagai bagian dari penilaian risiko demensia.

Bagi perempuan yang mengalami menopause lebih dini, mungkin bermanfaat bagi penyedia layanan kesehatan untuk memantau kesehatan kognitif mereka lebih cermat seiring waktu.

Temuan penelitian ini dapat ditemukan di Alzheimer's & Dementia.

× Image