Diet Rendah FODMAP Bisa Membantu Menyembuhkan Usus Bocor

Orang dengan sindrom iritasi usus besar disertai diare (juga disebut IBS-D) sering menderita gejala seperti sakit perut dan sering buang air besar encer.
Banyak dari mereka mengatakan gejala mereka memburuk setelah mengonsumsi makanan tertentu.
Dalam sebuah studi baru, para ilmuwan menemukan bahwa rencana makan khusus yang disebut diet rendah FODMAP dapat melakukan lebih dari sekadar mengurangi gejala—tetapi juga dapat membantu memperbaiki masalah yang disebut "usus bocor".
Studi ini dipimpin oleh Dr. Prashant Singh, seorang dokter lambung di Michigan Medicine. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Gastroenterology.
Diet FODMAP adalah pola makan yang membatasi jenis karbohidrat tertentu yang disebut FODMAP, yang sulit diserap oleh usus halus dan dapat menyebabkan masalah pencernaan pada sebagian orang.
Ini adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa diet rendah FODMAP benar-benar dapat memperbaiki lapisan usus dan mengurangi aktivitas sel-sel imun tertentu pada orang dengan IBS-D.
Lapisan usus bertindak seperti dinding pelindung. Lapisan ini mencegah zat-zat berbahaya di dalam usus bocor ke seluruh tubuh.
Namun pada beberapa orang, dinding ini menjadi terlalu "bocor". Inilah yang dikenal sebagai "usus bocor".
Ketika ini terjadi, zat berbahaya dari bakteri dapat masuk dan mengiritasi saraf di usus. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gejala lainnya pada penderita IBS-D.
Diet rendah FODMAP menghilangkan jenis gula tertentu yang sulit dicerna.
Gula ini ditemukan dalam makanan seperti bawang bombai, bawang putih, kacang-kacangan, apel, dan susu.
Ketika penderita IBS mengonsumsi makanan ini, gejala mereka seringkali memburuk.
Dalam studi ini, 48 orang dengan IBS-D menjalani diet rendah FODMAP selama empat minggu. Mereka diberi semua makanan mereka sebagai bagian dari studi.
Pada akhirnya, 42 orang menyelesaikan diet tersebut. Dari jumlah tersebut, 34 orang mengalami perbaikan yang nyata pada gejala mereka. Mereka mengalami lebih sedikit diare dan sakit perut.
Sebelum dan sesudah diet, para peneliti memeriksa seberapa baik kerja penghalang usus.
Mereka juga mengamati sel-sel imun yang disebut sel mast. Sel-sel ini dapat menjadi sangat aktif pada IBS-D dan menyebabkan peradangan.
Studi ini menemukan bahwa setelah diet, penghalang usus menjadi lebih kuat, dan terdapat lebih sedikit sel mast aktif di lapisan usus besar.
Untuk lebih memahami cara kerjanya, para ilmuwan juga melakukan eksperimen pada tikus.
Mereka memberikan sampel tinja dari pasien IBS-D sebelum dan sesudah diet.
Tikus yang menerima sampel dari orang yang menjalani diet tinggi FODMAP memiliki lebih banyak masalah pencernaan.
Hambatan pencernaan mereka lebih lemah, dan mereka menunjukkan lebih banyak tanda-tanda peradangan.
Salah satu zat yang diteliti para ilmuwan disebut LPS, yang berasal dari bakteri usus.
Terlalu banyak LPS dapat memicu sistem kekebalan tubuh dan membuat penghalang usus lebih bocor.
Tikus memiliki kadar LPS yang lebih tinggi ketika terpapar tinja dari pasien yang menjalani diet tinggi FODMAP.
Hal ini menunjukkan bahwa diet mengubah bakteri usus, yang kemudian dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan penghalang usus.
Temuan ini membantu menjelaskan mengapa diet rendah FODMAP berhasil, tidak hanya dengan meredakan gejala tetapi juga dengan menyembuhkan usus itu sendiri.
Para dokter mungkin sekarang mempertimbangkan untuk menggunakan obat-obatan yang menenangkan sel mast, terutama bagi pasien yang tidak dapat mengikuti diet rendah FODMAP.
"Studi kami menunjukkan bahwa diet bukanlah solusi cepat—ini adalah solusi nyata bagi sebagian pasien IBS," kata Dr. Singh.
Tim berharap studi di masa mendatang akan melibatkan lebih banyak orang, terutama mereka yang tidak membaik dengan diet rendah FODMAP, dan juga mengeksplorasi jenis IBS lainnya.
Singkatnya, studi ini menambahkan bukti kuat bahwa diet rendah FODMAP membantu penderita IBS-D dalam lebih dari satu cara.
Diet ini tidak hanya membuat penderita merasa lebih baik—tetapi juga dapat memperbaiki salah satu masalah mendasar di usus mereka.
Ini merupakan berita penting bagi pasien dan dokter yang mencari solusi jangka panjang.