Tes Darah Sederhana Dapat Mendiagnosis Jenis Stroke Sebelum Pasien Tiba di Rumah Sakit

Tes darah cepat dapat membantu dokter membedakan antara stroke pendarahan dan stroke yang disebabkan oleh gumpalan darah sebelum pasien tiba di rumah sakit, menurut sebuah studi baru yang akan dipresentasikan pada American Stroke Association’s International Stroke Conference 2025.
Temuan ini dapat mempercepat penanganan dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup bagi penderita gejala stroke, terutama jika dikonfirmasi dalam uji klinis yang lebih besar.
Stroke adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan diagnosis cepat dan akurat. Namun, tidak semua stroke sama.
Beberapa disebabkan oleh pembuluh darah yang tersumbat (disebut stroke iskemik), sementara yang lain disebabkan oleh pendarahan di otak (disebut stroke hemoragik).
Kedua jenis stroke ini membutuhkan penanganan yang berlawanan: obat penghancur gumpalan darah membantu mengatasi stroke iskemik, tetapi berbahaya pada stroke pendarahan.
Saat ini, dokter mengandalkan pemindaian otak untuk mengetahui jenis stroke yang dialami pasien. Namun, pemindaian membutuhkan waktu—dan waktu adalah otak.
Dalam studi baru ini, para peneliti menguji apakah protein dalam darah yang disebut protein asam fibrilar glial (GFAP) dapat bertindak sebagai sinyal dini untuk stroke perdarahan. GFAP dilepaskan ke aliran darah ketika sel-sel otak rusak, dan sudah digunakan untuk menilai cedera otak traumatis.
Studi ini menemukan bahwa kadar GFAP jauh lebih tinggi pada orang dengan stroke perdarahan dibandingkan pada mereka yang mengalami stroke yang disebabkan oleh gumpalan darah atau kondisi lain yang menyerupai stroke, seperti kejang atau migrain.
Tim peneliti, yang dipimpin oleh Dr. Love-Preet Kalra dari Rumah Sakit RKH Klinikum Ludwigsburg di Jerman, mengumpulkan sampel darah dari 353 pasien yang tiba di ruang gawat darurat dalam waktu enam jam setelah mengalami gejala stroke.
Sebelum tiba di rumah sakit, tim medis gawat darurat mengambil darah dan mengirimkannya untuk diuji menggunakan alat analisis portabel.
Para pasien kemudian menjalani pemindaian otak, yang mengonfirmasi 76 pasien mengalami stroke perdarahan, 258 pasien mengalami stroke yang berhubungan dengan gumpalan darah, dan 19 pasien mengalami kondisi yang hanya tampak seperti stroke.
Temuan utama meliputi:
- Kadar GFAP hampir 7 kali lebih tinggi pada penderita stroke perdarahan dibandingkan dengan penderita stroke yang disebabkan oleh gumpalan darah (208 vs. 30 pg/mL).
- Kadar GFAP lebih dari 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan gejala mirip stroke (208 vs. 48 pg/mL).
- Kadar GFAP di bawah 30 pg/mL dapat dengan aman menyingkirkan stroke perdarahan pada orang dengan gejala sedang hingga berat.
Tes ini mengidentifikasi stroke perdarahan dengan akurasi 90% hingga 95% ketika menggunakan batas usia.
Dr. Kalra sangat terkejut dengan tingginya kadar GFAP pada pasien stroke perdarahan yang mengonsumsi pengencer darah, yang diketahui dapat meningkatkan risiko dan keparahan perdarahan di otak.
Jika penelitian lebih lanjut mendukung hasil ini, pengujian GFAP suatu hari nanti dapat memungkinkan kru ambulans untuk memulai perawatan yang tepat jauh lebih awal.
Misalnya, dokter mungkin mulai menurunkan tekanan darah atau membalikkan efek pengencer darah bahkan sebelum pasien tiba di rumah sakit.
Di masa mendatang, perawatan seperti obat pengencer darah atau obat pengencer darah bahkan mungkin diberikan di ambulans, setelah jenis stroke dipastikan.
Namun, ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Saat ini, pengujian GFAP membutuhkan sentrifus untuk memisahkan komponen darah, yang tidak dimiliki sebagian besar ambulans.
Kadar GFAP juga meningkat seiring bertambahnya usia, yang dapat mempersulit pendeteksian stroke perdarahan ringan pada lansia.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat bagaimana tes ini bekerja pada populasi yang lebih besar dan lebih beragam.
Dr. Louise D. McCullough, seorang ahli stroke dari Houston yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan hasilnya menjanjikan.
"GFAP dapat menjadi tes pra-rumah sakit yang bermanfaat untuk mengidentifikasi perdarahan otak, tetapi kita membutuhkan penelitian yang lebih besar, teknologi yang lebih baik, dan akses yang luas agar dapat berfungsi dalam situasi darurat di dunia nyata," ujarnya.
Singkatnya, tes darah sederhana suatu hari nanti dapat membantu paramedis dan dokter dengan cepat menentukan apakah stroke disebabkan oleh gumpalan darah atau pendarahan—bahkan sebelum pasien sampai di rumah sakit.
Jika terkonfirmasi, hal ini dapat menandai langkah maju yang besar dalam perawatan stroke, membantu pasien mendapatkan perawatan yang tepat lebih cepat dan meningkatkan peluang pemulihan mereka.