Home > Didaktika

Hasil Studi: Vitamin D Dosis Tinggi Gagal Melindungi Jantung

Suplemen vitamin D tidak mengubah penanda penyakit jantung, bahkan ketika dikonsumsi dalam jumlah tinggi selama dua tahun.
hellosehat
hellosehat

Penyakit jantung adalah penyebab kematian nomor satu bagi orang dewasa di atas usia 65 tahun. Di saat yang sama, banyak lansia memiliki kadar vitamin D yang rendah dalam darah mereka.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah menemukan hubungan antara rendahnya vitamin D dan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi, yang membuat banyak orang percaya bahwa suplemen vitamin D dapat melindungi jantung.

Namun, sebuah studi baru yang besar dari Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC) menemukan bahwa bahkan dosis tinggi vitamin D tidak menurunkan risiko penyakit jantung.

Studi ini berfokus pada dua protein dalam darah yang merupakan tanda-tanda ketegangan dan kerusakan jantung.

Jika vitamin D dapat mengurangi protein-protein ini, mungkin berarti risiko masalah jantung yang lebih rendah. Namun, hasilnya tidak menunjukkan manfaat tersebut.

Penelitian ini dipublikasikan di American Journal of Preventive Cardiology dan didasarkan pada uji coba acak, tersamar ganda, dan berkualitas tinggi.

Ini berarti baik partisipan maupun peneliti tidak mengetahui siapa yang mendapatkan dosis vitamin D berapa, yang membantu memastikan hasil yang andal.

Dr. Katharine W. Rainer, penulis utama, menjelaskan bahwa meskipun studi observasional sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara rendahnya vitamin D dan masalah jantung,

Uji coba yang lebih ketat ini dengan jelas menunjukkan bahwa suplemen vitamin D tidak mengubah penanda penyakit jantung, bahkan ketika dikonsumsi dalam jumlah tinggi selama dua tahun.

Tim menganalisis data dari Study to Understand Fall Reduction and Vitamin D in You (STURDY), yang dirancang untuk melihat apakah vitamin D3 dapat membantu mengurangi risiko jatuh pada orang berusia 70 tahun ke atas dengan kadar vitamin D rendah.

Uji coba ini berlangsung dari tahun 2015 hingga 2019 dan disponsori oleh U.S. National Institute on Aging.

Peserta secara acak dibagi menjadi empat kelompok yang menerima 200, 1000, 2000, atau 4000 unit internasional (IU) vitamin D3 setiap hari.

Pada awal penelitian, dan pada beberapa titik selama dua tahun berikutnya, para peneliti mengukur kadar dua protein yang terkait dengan penyakit jantung dalam darah.

Meskipun peserta dengan kadar vitamin D yang lebih rendah memiliki kadar salah satu protein ini yang lebih tinggi di awal, mengonsumsi suplemen vitamin D tidak mengurangi protein ini seiring waktu—seberapa pun dosisnya.

Hasilnya sama di semua kelompok, tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, atau kondisi kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.

Dr. Stephen P. Juraschek, penulis senior studi tersebut, mencatat bahwa meskipun kadar vitamin D yang rendah berkaitan dengan penyakit jantung, alasan sebenarnya mungkin lebih berkaitan dengan faktor gaya hidup seperti aktivitas fisik di luar ruangan, bukan hanya kadar vitamin D.

Studi ini menambah bukti yang semakin banyak yang menunjukkan bahwa sekadar mengonsumsi pil vitamin D tidak akan mencegah penyakit jantung.

Meskipun menjaga kadar vitamin D yang sehat tetap penting untuk kesehatan tulang dan kesejahteraan secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa strategi lain—seperti olahraga teratur, pola makan sehat, dan mengelola tekanan darah—mungkin lebih efektif dalam melindungi jantung.

Bagi mereka yang tertarik dengan kesehatan jantung, studi lain menunjukkan bahwa makanan seperti jus apel dan yogurt mungkin menawarkan manfaat, dan nutrisi seperti seng dan vitamin B6 telah dikaitkan dengan risiko kematian akibat penyakit jantung yang lebih rendah.

× Image